Hampir semua tempat di kota-kota besar di Indanesia bermasalah dengan sampah. Setidaknya kita mudah menjumpai sampah sayuran, botol-botol plastic, hingga limbah yang mengambang di aliran sungai atau terserak di pinggiran jalan. Namun, sebagian warga kota yang melihat hal itu nyatanya hanya bisa bersikap acuh. Akibatnya, sampah tersebut berdampak buruk bagi masyarakat itu sendiri.

Banyaknya sampah yang terus bertambah tentu saja mebuat tempat pembuangan akhir  (TPA) cepat penuh. Dengan demikian, pemerintah kota setempat pun harus mencari lokasi lain untuk pembuangan sampah dan pasti menimbulkan kontrdiksi dari warga sekitar yang tinggal di lokasi terpilih. Umumnya, warga tidak bersedia daerahnya dijadikan tempat pembuangan sampah.

Walaupun upaya penangggulanan sampah secara desentralisasi memng sudah banyak dilakukan, bagi mereka yang menetap di permukiman sempit, upaya-upaya tersebut tetap saja sulit dilakukan. Akhirnya, warga hanya pasrah setiap harinya mencium aroma tidak sedap yang berasal dari sampah dan kerumunanlalat-lalat hijau yang membawa bibit penyakit.

Salah satu tekhnik khusus yang bisa diterapkan untuk membantu penanggulangan sampah, terutama sampah organic, yaitu dengan menggunakan komposter. Model pengomposan ini diharapkan mampu menjadi alternative pengolahan sampah untuk warga masyarakat yang tinggal di lingkungan permukiman sempit, terutama di kota-kota besar.

Pengomposan dengan menggunakan komposter ini besa dilakukan di dalam ruangan atau di luar ruangan rumah. Dengan ramuan bioaktivator, aroma sampah pun bisa hilang seketika. Selain itu, air lindi yang dihasilkan juga bisa digunakan sebagai pupuk kompos cair yang bermanffat bagi tanama, baik untuk tanaman hias, sayuran, maupun tanaman buah.

Effective Microorganism (EM)

Banyak ahli yang berpendapat bahwa EM bukan digolongkan dalam pupuk. EM merupakan bahan yangmembantu mempercepat proses pembuetan pupuk organic dan meningkatkan kualitasnya. Selain itu, EM juga bermanfaat memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik, serta menyuplai unsure hara yang dibutuhkan tanaman. Dengan demikian, penggunaan EM akan membuat tanaman menjadi lebih subur, sehat, dan relative tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Berikut ini beberapa manfaat EM bagi tanaman dan tanah.

  1. Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tanaman dalam tanah.
  2. Membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman.
  3. Membantu proses peyerapan dan penyaluran unsure hara dari akar ke daun.
  4. Meningkatkan kualitas bahan organic sebagai pupuk.
  5. Meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetative dan generative tanaman.

Mikroorganisme yang terdapat di dalamnya secara genetika bersifat asli bukan rekayasa. Umumnya, EM dapat dibuat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat.

Ada pun cara pembuatan EM sebagai berikut.

  1. Bahan-nahan

–          Susu sapi atau susu kambing murni sebanyak 2 (dua)  liter.

–          Usus (ayam/kambing) secukupnya.

–          Terasi ½ kg (terbuat dari kepala atau kulit udang, kepala ikan).

–          1 kg gula pasir (perasan tebu).

–          1 kg bekatul.

–          Satu buah nanas.

–          10 liter air bersih.

  1. Alalt-alat yang Diperlukan

–          Panci.

–          Kompor.

–          Blender atau parutan untuk menghaluskan nanas.

  1. Cara  Pembuatan

–          Menghaluskan nanas dengan blender.

Setelah itu, campukan terasi, bekatul, gula pasir, dan air bersih di dalam panci. Masak hingga mendidih, lalu hasil adonanya didingnkan.

–          Tambahkan susu dan usus ayam, kambing, atau sapi, aduk hingga tercampur rata.

–          Tutuplah rapat-rapat adonan tersebut selama 12 jam atau satu hari.

–          Jika sudah jadi, adonan menjadi kental atau lengket. Perlu diperhatikan susu yang digunakan jangan susu yang telah basi karena kemampuan bakteri di dalamnya sudah berkurang. Sementara itu, kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau dari hasil proses bakteri.

–          Pembuatan EM dianggap berhasil jika muncul gelembung-gelembung di permukaan bahan.

Membuat Pupuk Kompos  Cair  dari Limbah Rumah Tangga

  1. Peralatan yang Dibutuhkan

Untuk membuat pupuk cair dibutuhkan alat atau wadah yang sering disebut dengan komposter. Biasanya terbuat dari tong sampah plastic atau kotak semen yang dimodifikasi dan diletakkan di dalam ataupun di luar ruangan. Komposter dengan bantuan activator kompos mampu mengubah sampah sisa rumah tangga menjadi kompos hanya dalam waktu 10-12 hari. Khusus untuk pembuatan pupuk  cair dari limbah organic rumah tangga ini perlu digunakan bioaktivator atau boisca. Fungsi boisca memang sama dengan activator lainnya, tetepi lebih praktis dalam aplikasinya. (Boisca merupakan salah satu bioaktivator yang bisa digunakan untuk mempercepat proses pengomposan).

Dengan instalasi udara di dalamnya, komposter membantu proses pengomposan aerob dengan baik dan mempercepat proses penguraiansampah. Selain itu, komposter juga mampu menjaga kelembaban dan temperatur, sehingga bakteri dan jasad renik dapat bekerja mengurai bahan organic secara optimal. Komposter juga memungkinkan aliran lindi (air sampah) terpisah dari material padat dan akan menguntungkan bagi pembuatan pupuk cair.

Berikut ini langkah-langkah membuat komposter untuk skala rumah tangga.

  1. Alat dan Bahan
    1. Tong pastik bekas ukuran 20 liter, 1 buah
    2. Pipa paralon ukuran panjang 13 cm, diameter 1 inch, 2 buah
    3. Pipa paralon ukuran panjang 10 cm, diameter  1 inch, 1 buah
    4. Pipa paralon ukuran panjang  9 cm berdiameter 1 inch, 1 buah
    5. Sambungan pipa berbentuk  T , 2 buah
    6. Sambungan pipa berbentuk L, 1 buah
    7. Kran plastic, 1 buah
    8. Alat bor
    9. Meteran

10. Kasa plastic

  1. Cara Membuat
    1. Buat dua lubang udara di sisi kanan dan kiri tong dengan menggunakan bor. Diameter lubang harus sama dengan diameter pipa paralon.
    2. Buat lubang lagi di sisi lain tong, posisi lubang ketiga ini harus lebih rendah daripadalubang sebelumnya  atau sekitar 10 cm dari dasr tong.
    3. Setelah itu, buat lubang-lubang kecil di badan pipa paralon 10 cm. lalu bungkus badan pipa yang berlubang tersebut dengan kasa plastic hingga tertutup rapi.
    4. Selanjutnya instalasi udara untuk komposter dapat dirangkai, dimulai dari memasang kedua pipa paralon 13 cm, masing-masing pada lubang kanan dan kiri. Kedua pipa dimasukkan dari arah dalam ke luar. Pipa didorong dari dalam hingga keluar sekitar 3 cm dari lubang dan sisanya sekitar 10 cm berada didalam tong.
    5. Kedua ujung pipa yang mencuat keluar 3 cm tersebut kemudian dituutp dengan kasa plastic. Potong kasa plastic berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 1 cm lebih panjang dari diameter pipa.. beri lem PVC di sekitar ujung pipa, lalu tempelkan kasa, atur hingga tertutup rapi.
    6. Selanjutnya kedua pipa 13 cm tadi disambung dengan sambungan pipa berbentuk T.
    7. Dari kaki sambungan T tersebut dirangkaikan dengan pipa paralon 10 cm.
    8. Kemudian pasang sambungan pipa L pada bagian ujung bawah pipa paralon 10 cm. sambungan pipa L dipasang dengan arah kakinya mengarah ke lubang yang akan dipasangi kran (lubang ketiga)
    9. Pasng kran plastic pada lubang ketiga tersebut.

10. Terakhir, masukkan pipa paralon 9 cm untuk menyambungkan antara lubang kran plastic dengan pipa L.

Catatan :

“ Komposter ini memang dirancang dengan bentuk yang prktis untuk diletakkan di dalam ruangan. Namun, bau yang tidak sedap dari gas metan yang dihasilkan selama proses pembusukan bisa mengganggu kenyamanan lingkungan di dalam ruangan atau rumah. Oleh karena itu, sebaiknya dari kedua lubang udara komposter disambungkan lagi dengan pipa paralon yang dipasang kea rah luar ruangan, sehingga bau tersebut bisa langsung dilepas ke udara bebas. ”

  1. Teknik Pembuatannya

Pada dasrnya, sampah tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat, tetapi bisa juga dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair mempunyai banyak manfaat. Selain berfungsi sebagai pupuk , pupuk cair juga bisa menjadi activator untuk membuat kompos.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, alat yang dibutuhkan untuk membuat pupuk cair adalah komposter. Komposter ini bertujuan untuk mengolah semua jenis limbah organic rumah tangga menjadi bermanfaat. Jadi, semua sampah yang tergolong organic bisa diolah oleh komposter ini.

Ukuran komposter dapat disesuaiakan dengan skala limbah. Untuk skala limbah keluarga kecil dapat menggunakan komposter berukuran 20-60 liter. Sementara itu, untuk skala besar seperti limbah rumah makan atau rumah sakit bisa menggunakan komposter yang berukuran 60 liter lebih. Komposter berfungsi dalam mengalirkan udara (aerasi), memelihara kelembaban, serta temperetur, sehingga bakteri dan jasad renik dapat mengurai bahan organic secara optimal. Di samping itu, komposter memungkinkan aliran lindi terpisah dari material padat dan membentuknya menjadi pupuk cair.

Berikut ini langkah-langkah pengomposan dengan menggunakan komposter:

  1. Pilih sampah organic seperti sisa makanan, sisa sayuran, kulit buah, sisa ikan, dan daging agar terpisah dari sampah.  Sampah berupa plastic, kardus bekas minyak, oli, beling, dan air sabun harus di pisahkan agar prosesnya berjalan dengan cepat.
  2. Sampah yang berukuran besar seperti  batang tanaman, sayur, atau kulit buah yang keras sebaiknya dirajang terlebih dahulu agar pembusukannya sempurna. Selain itu, volume sampah yang tertampung juga semakin banyak.
  3. Siapkan cairan bioaktivator boisca. Bioaktivator ini berfungsi  untuk membantu mempercepat proses pembusukan. Tata cara penggunaanya sebagai berikut :

–          Siapkan sprayer ukuran 1 liter.

–          Isi sprayer dengan air. Sebaiknya gunakan air sumur, karena tidak mengandung kaporit. Namun, jika ingin memakai air PAM, air tersebut harus diendapkan terlebih dahulu selama satu malam. Tujuanya agar kaporitnya menguap. Pasalnya, kaporit di dalam air bisa mematikan mikroba yang ada di dalam boisca.

–          Tambahkan boisca ke dalam sprayer dengan perbandingan 1 liter air ditambah dengan 1-2 tutup botol boisca.

–          Kocok – kocok sampai merata. Setelah itu, cairan siap digunakan.

  1. Setelah sampahnya terkumpul dan di rajang, masukkan seluruhnya ke dalam komposter, lalu semprotkan boisca hingga merata ke seluruh sampah dan tutup rapat komposter.
  2. Pada awal pemakaian, komposter baru bisa menghasilkan lindi atau kompos cair setelah dua minggu. Selanjutnya, pemanenan lindi dapat dilakukan setiap 1-2 hari sekali.

Tips Pengomposan

Selain nerguna sebagai bioaktivator, boisca juga berfungsi untuk mengurangi bau busuk yang dikeluarkan selama proses pengomposan. Oleh karena itu, harus dipastikan bahwa sampah yang dimasukkan ke dalam komposter sudah tercampur merata dengan boisca. Namun, kadang-kadang sampah yang kita masukkan sudah terisi oleh telur lalat. Jadi, ketika dimasukkan ke dalam komposter telur-telur tersebut akan menetas menjadi belatung. Karena itu, untuk mencegah keluarnya belatung dari dalam komposter selama proses pembusukkan, olesi sabun colek di pinggiran atas komposter bagian dalam.

Pada awal pemakaian komposter, lindi baru bisa dipanen setelah dua minggu. Namun, sebenarnya proses pengomposan bisa dipercepat dengan menabahkan campuran air beras, gula merah, dan boisca ke dalam sampah. Ramuan tersebut bisa membantu pemanenan seminggu lebih cepat.

Pengambilan lindi (kompos cair) sebaiknya hanya sebatas kran. Sementara itu, lindi yang tertampung di bawah kran ke bawah tidak diambil karena banyak mengandung mikroba yang sangat membantu pembusukan sampah. Jika pengomposan awal sudah dilakukan, selanjutnya sampah bisa dimasukkan setiap hari. Namun yang terpenting adalah setiap memasukkan sampah baru harus dipastikan bioaktivatornya sudah tercampur merata.

  1. Aplikasi Pupuk Cair

Lindi yang baru dipanen sebaiknya jangan langsung digunakan. Tambahkan boisca sebanyak 1 tutup botol boisca untuk 1-2 liter lindi lalu diamkan selama 2-3 hari agar bakteri yang berada di dalamnya bisa berkembang dengan cepat. Setelah itu, lindi baru bisa diberikan ke tanaman. Lindi yang sudah ditambahkan boisca dapt disimpan 1-2 bulan.

Berikut ini cara pengaplikasian lindi ke tanaman.

  1. Campurkan lindi dengan air.

Perbandinganya adalah 1 : 5, yakni satu tutup botol lindi dengan lima botol air. Sebaiknya, ukuran botol air disamakan dengan ukuran botol penampung lindi. Jadi, jika lindi ditampung dalam botol berukuran 1500 ml, air pun ditakar dengan menggunakan botol berukuran 1500 ml.

  1. Larutan tadi kemudian disiramkan pada tanaman, baik sayuran, tanaman buah, dan tanaman hias. Pemupukan dapat dilakukan seminggu sekali.
  2. Larutan juga dapat disimpan apabila dalam satu kali pemakaian masih tersisa. Namun, dari pengalaman penulis, larutan pupuk cair ini biasanya habis terpakai dalam stu kalipemakaian.
  3. Campuran 10 liter lindi : 50 liter air cukup untuk satu kali pemakaian pada demplot sayuran ukuran 10 x 10 meter.