Latest Entries »

Wonder of Glass Liquid

ita tentu mengetahui bahwa Piramid di Mesir, Kuil Parthenon, dan Colosseum hingga saat ini masih bisa kita lihat bentuk bangunan aslinya. Kekuatan dan kokohnya bangunan tersebut tentu sangat menarik untuk dipelajari.


Bangunan, seiring dengan waktu akan semakin rapuh pula kekuatannya, karena pengaruh lingkungan. Tentu menjadi impian semua orang memiliki bangunan yang kuat, tahan lama, dan tahan terhadap api. Harapan-harapan tersebut bisa sedikit terjawab dengan ditemukannya glass liquid.

Glass liquid

Glass atau kaca yang kita temukan sehari-hari adalah material padat pada suhu kamar. Untuk mencairkannya diperlukan suhu sekitar 1400 derajat celcius. Tentu hal yang sulit untuk membuat glass dalam keadaanliquid pada suhu kamar. Tapi bagi Masatoshi Shioda, hal tersebut telah menjadi kenyataan setelah melewati penelitian selama sembilan tahun lamanya. Glass ini berbentuk cairan pada suhu kamar, sehingga dinamakan glass liquid. Sekilas jika dilihat dengan mata, serupa dengan air biasa, namun bila dikeringkan dalam mesin pengering dapat membentuk glass atau kaca.

Cairan ini dibuat dengan mencairkan quartz, yang selanjutnya dalam keadaan liquid atau cairan distabilkan, kemudian ditambahkan dengan sekitar 30 jenis enzim. Fungsi enzim ini adalah untuk menghambat partikel-partikel quartz untuk berikatan (menjadi padat) sehingga menyebabkan quartz tetap dalam keadaan cair.

Kayu tahan api

Kayu merupakan bahan yang sering digunakan sebagai bahan untuk membuat rumah atau bangunan. Kayu memiliki sifat sangat mudah terbakar, sehingga jika terjadi kebakaran dapat dipastikan rumah tersebut hangus menjadi abu dan mampu merembet bangunan lainnya. Namun lain halnya jika kayu ini dilapisi dengan glass liquid, menyebabkan tahan api dan tidak mudah terbakar.

Untuk membuktikannya telah dilakukan percobaan dengan membakar miniatur rumah yang terbuat dari kayu. Satu miniatur rumah tanpa dilapisi dengan glass liquid, sedangkan yang lainnya dilapisi dengan glass liquid. Pada percobaan ini, kayu yang tanpa dilapisi glass liquid api dengan cepat membesar dan menimbulkan asap hitam, sedangkan kayu yang dilapisi glass liquid, api tidak membesar, bahkan apinya menjadi padam. Pada akhirnya kayu yang tidak dilapisi glass liquid menjadi abu, sedangkan yang dilapisi glass liquid tetap kokoh.

Pertanyaannya adalah mengapa glass liquid dapat menyebabkan kayu menjadi tahan api? Pada kayu banyak terdapat pembuluh silinder, jika pada kayu dilapisi glass liquid maka glass liquid ini akan menyerap dan menutupi bagian pembuluh-pembuluh tersebut sampai pada kedalaman sekitar lima milimeter. Penutupan pembuluh-pembuluh kayu akan mengubah kayu menjadi lapisan kaca sehingga membuat kayu menjadi tidak mudah terbakar. Seperti disebutkan dibagian awal tulisan ini bahwa untuk mencairkan kaca memerlukan suhu diatas 1400 1400 derajat celcius, sehingga dengan adanya glass liquid ini bangunan atau rumah yang terbuat dari kayu dapat terhindar dari kobaran api bila terjadi kebakaran.

Memperpanjang usia bangunan

Jepang memiliki pemecah gelombang laut yang terbuat dari konkrit untuk mencegah terjadinya gelombang tsunami. Biasanya konkrit untuk bangunan ini terletak pada kondisi lingkungan dingin, mudah terkena air laut, dan sinar ultraviolet yang sangat kuat. Pada lokasi ini pula dilakukan percobaan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh glass liquidterhadap kekuatan konkrit.

Konkrit dari pemecah gelombang laut yang dibangun satu tahun lalu, dengan mudahnya terkena air laut sehingga membuat permukaan konkrit menjadi terkorosi dan mudah terkelupas. Namun konkrit yang telah dilapisi dengan glass liquid tidak ditemukan adanya korosi.

Mengapa ketahanan konkrit meningkat? Pada konkrit terdapat banyak rongga kosong, dengan dilapisi glass liquid, akan menutupi rongga kosong tersebut dan kemudian akan terbentuk lapisan kaca. Sehingga air laut dan gas CO2 yang merupakan penyebab terjadinya korosi pada konkrit dapat dicegah.

Konkrit yang digunakan saat ini memiliki masa durability sekitar 50 tahun. Adanya lapisan kaca pada konkrit membuat masa durability konkrit menjadi lebih tinggi, diperkirakan mencapai 200 tahun. Selain itu penggunaan glass liquid ini sangat ramah lingkungan, tidak ada efek samping dan bahaya yang ditimbulkan. Hingga saat ini penggunaan glass liquid ini sudah meluas diberbagai kawasan di Jepang, misalnya terowongan di Hokkaido.

Glass liquid vs Asbes

Asbes merupakan bahan berbahaya bila dipakai pada sebuah bangunan. Serabut asbes apabila terbang diudara sangatlah berbahaya karena bisa mengakibatkan kanker paru-paru pada penghirupnya. Saat ini, pemakaian asbes pada bangunan sudah dilarang diseluruh Jepang mengingat bahaya yang ditimbulkan. Namun diyakini pemakaian asbes di Jepang masih tersisa dibeberapa bangunan.

Saat ini, cara penguraian asbes ada dua cara, yaitu dengan memerangkap pada pelarutnya atau melebur pada suhu tinggi. Tentu kedua cara ini tidaklah gampang dan memerlukan biaya yang cukup mahal.

Pemakaian glass liquid dengan cara menyemprotkan pada asbes, akan terbentuk lapisan kaca dan menutupi lapisan serabut asbes sehingga serabut asbes mengeras (10 jam berikutnya akan menjadi keras secara sempurna). Hal ini menyebabkan serabut-serabut asbes tidak terbang di udara bebas. Cara ini sangatlah mudah dan hanya tidak memerlukan biaya mahal. Selain itu asbes yang yang sudah mengeras ini bisa diolah lebih lanjut menjadi bahan yang tahan api mencapai suhu 1200 derajat celcius.

Walaupun cara ini belum dijadikan cara resmi pemerintah Jepang dalam penanganan asbes, bukan tidak mungkin cara ini akan menjadi cara resmi mengingat begitu banyak manfaat dan keuntungan yang diberikan oleh glass liquid ini.

Penemuan glass liquid ini memberikan dampak besar dalam industri kontruksi karena mampu meningkatkan kualitas konkrit dan membuat bangunan yang terbuat dari kayu menjadi tidak mudah terbakar. Apabila diterapkan di industri konstruksi Indonesia akan membawa dampak positif, bangunan menjadi kuat, jalan tidak mudah rusak, dan pada akhirnya diharapkan dapat menghemat anggaran negara dalam pembangunan sarana transportasi publik.

Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut Spansish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665 di Inggris dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de’ Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di kawasan India Barat Laut, Kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923.

Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu Cina (Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura).

Kegunaan tanaman melati selain sebagai bunga penghias juga banyak digunakan dalam berbagai macam industri di Indonesia, diantaranya industri teh, pewangi, cat, tinta, pestisida dan lain – lain (BALITTRO VOL XP). Selain itu kandungan minyak atsiri dalam bunga melati merupakan komoditi yang dapat dikategorikan komoditi eksklusif, karena menurut data yang ada 1 liter absolut bunga melati dapat mencapai harga 30.000.000 rupiah.

Di dunia, penghasil minyak bunga melati terbesar adalah India dan China, hal tersebut didukung oleh sudah terbentuk lama sistem budidaya bunga melati secara terintegrasi di kedua negara tersebut. Tentunya Indonesia yang memiliki iklim tropis dan curah hujan yang cukup mempunyai potensi untuk pengembangan minyak atsiri bunga melati.

Jenis Bunga Melati

Jenis bunga melati yang umumnya disuling baik di India, China dan Indonesia yang penulis ketahui ada 2 jenis, yakni jasmine sambac dan jasmine gambir. Keduanya memiliki 2 kandungan yang berbeda dan juga sifat fisik yang agak berbeda. Pertama yang paling banyak dibudidayakan di daerah Pantai utara sepanjang Jawa barat hingga Jawa Timur (Cirebon, Tegal, Brebes, Pekalongan Hingga Kudus) adalah jenis jasmine sambac;

Gambar 1. Melati Sambac

Selain yang tumbuh didaerah pantai atau dataran rendah, jenis jasmine satu lagi yang sering dimanfaatkan minyaknya adalah jenis Jasminum Officinale, atau sering disebut melati gambir.

Gambar 2. Melati Gambir

Terlihat perbedaan yang cukup mencolok pada morfologi bunga,  yakni warna bunga melati gambir yang terdapat semburat merah keunguan, berbeda dengan sambac yang putih polos.

Minyak Atsiri Bunga Melati

Minyak bunga melati umumnya dipergunakan sebaga zat pewangi parfum kelas tinggi. Minyak ini biasanya diekspor ke Singapura, Australia, Eropa, Timur Tengah, dan Thailand.

Minyak atsiri dari bunga melati dapat didapatkan melalui beberapa cara, diantaranya yang paling sering digunakan dalam industri baik di Indonesia maupun diluar negeri antara lain :

  1. Teknik Ekstraksi pelarut menguap
  2. Teknik Enfleurasi
  3. Super Critical Fluid Extraction CO2

Dari ketiga teknik diatas penulis hanya akan mengulas tentang dua teknik teratas, dikarenakan sampai saat ini penulis baru mempraktikan dua jenis teknik penyulingan yakni ekstraksi pelarut menguap dan enfleurasi.

Alasan mengapa tidak digunakan teknik distillasi konvensional (dengan uap) dikarenakan akan merusak struktur minyak atsiri yang terkandung dalam bunga karena uap panas yang dikempa pada saat proses distilasi.

Teknik Ekstraksi Pelarut Menguap

Teknik ini memanfaatkan pelarut menguap untuk memisahkan minyak dari jaringan tumbuhan. Digunakannya dikarenakan sifat dari pelarut menguap yang bertitik didih rendah sehingga mudah dipisahkan pada saat pemurnian.

Pemilihan Pelarut

Ada beberapa syarat ideal untuk menjadikan suatu pelarut organik menjadi pelarut pada pengambilan minyak atsiri dari bunga melati atau bunga apapun yang nantinya akan mempengaruhi kualitas minyak bunga yang di ekstrak, berikut syarat ideal dari suatu pelarut menurut versi Ernest Guenther :

  1. Pelarut harus dapat melarutkan semua zat wangi bunga dengan cepat dan sempurna, dan sedikit mungkin melarutkan bahan seperti lilin, pigmen, senyawa albumin, dengan kata lain pelarut bersifat selektif.
  2. Harus memiliki titik didih cukup rendah, agar dapat di uapkan pada saat suhu rendah, namun juga jangan terlalu rendah, karena ditakutkan pada suhu ruanganakan kehilangan sebagian besar pelarut.
  3. Pelarut tidak boleh larut dalam air.
  4. Pelarut harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak bunga.
  5. Harga serendah mungkin dan tidak mudah terbakar.

Namun tidak ada pelarut mutlak yang sesuai dengan syarat diatas, sehingga kita dapat saja memilih pelarut yang lebih mendekati beberapa sifat diatas, selain untuk tujuan ekonomis kita juga harus memikirkan efisiensi pelarut[1].

Beberapa pelarut yang sudah digunakan sebagai pelarut pada proses ekstraksi pelarut menguap antara lain Petroleum eter[2] dengan nama dagang wash benzen, normal Hexan (n-Hexana), Benzena, alkohol dan masih banyak lagi pelarut organic yang dapat digunakan.

Peralatan Ekstraksi Pelarut Menguap

Beberapa alat yang digunakan pada proses ekstraksi pelarut menguap antara lain :

  1. Ekstraktor.
  2. Evaporator Concrete dan absolute.
  3. Ice Box.
  4. Separator Kaca.
  5. Saringan.
  6. Penampung.
  7. Lemari Pendingin.

Ekstraktor

Kegunaan ekstraktor adalah wadah untuk melarutkan minyak atsiri pada bunga melati dengan pelarut menguap. Biasanya terbuat dari stainless steel ataupun kaca. Ekstraktor memiliki dua tipe yakni tipe berdiri biasanya disebut dengan stationary extractor dan yang kedua adalah ekstraktor tipe tidur atau biasa disebut rotary extractor. Keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing – masing.

Keuntungan dari ekstraktor tipe berdiri adalah, lama proses penyulingan berlangsung lebih cepat, sekitar 4 – 5 jam saja. Selain itu biasanya ekstraktor berdiri terdiri dari beberapa ekstraktor yang berhubungan, karena pada prosesnya bersifat continous flow, dimana pelarut digunakan pada beberapa ekstraktor sekaligus sehingga rendemen yang dihasilkan lebih banyak.

Namun cepat atau lambatnya waktu proses ekstraksi tergantung dari bahan baku dan cara pengusaha menjalankan prosesnya masing – masing, atau lebih tepatnya belum ada hitungan baku tentang waktu pengerjaan yang paling optimal hingga saat ini.

Gambar 3. Ekstraktor sederhana yang digunakan oleh penulis

Kelemahan dari sistem berdiri adalah, banyaknya pelarut yang terbuang saat proses, dalam bukunya Ernest Guenther mengatakan 12 – 14 liter pelarut hilang setiap mengekstrak 100 Kg bunga, dengan kapasitas pelarut 400 – 500 L sekali proses.

Tipe ekstraktor kedua adalah tipe tidur yang diusulkan oleh Garnier[3], keuntungan dari penggunaan sistem ini adalah pelarut yang hilang lebih sedikit, lebih efisien dalam pelarutan minyak atsiri bunga melati. Hal tersebut akibat gerakan putarannya  lebih memenetrasi bunga sehingga rendemen yang dihaslkan lebih banyak 8% (menurut Guenther) daripada tipe berdiri.

Evaporator

Evaporator digunakan dalam pemekatan minyak atsiri menjadi concrete dan absolutes. Sistemnya dengan memanfaatkan perbedaan titik didih antara pelarut dan minyak atsiri bunga melati. Untuk mendukung kinerja evaporator perlu disertakan pompa vakum agar tekanan dalam tabung evaporator dapat ditekan serendah mungkin yang nantinya akan berhubungan dengan suhu yang digunakan dapat lebih rendah.

Suhu dan tekanan menjadi kunci dalam proses evaporasi, semakin rendah suhu maka semakin baik minyak yang didapatkan. Karena Minyak bunga alamiah mudah rusak terhadap suhu tinggi.

Gambar 4. Evaporator skala laboratorium

Evaporator terdiri dari labu tempat hasil ekstraksi ataupun concrete, lalu penangas air, kondensor, penampung hasil dan pompa vakum.

Semakin teliti evaporator (dalam segi suhu dan tekanan) maka semakin bagus kualitas minyak yang dihasilkan, namun tidak terlepas dari sumber daya manusia yang menanganinya.

Proses Ekstraksi Pelarut Menguap

Proses Ekstraksi dimulai dari persiapan bahan, dimana kita harus ekstra teliti untuk memilih bahan baku, jika salah memilih bahan baku maka kita dipastikan gagal mendapatkan minyak dengan kualitas yang baik.

Bunga yang akan diproses tentunya harus memiliki syarat sebagai berikut :

  1. Kuncup siap mekar 90%.
  2. Terbebas dari air embun[4].
  3. Tidak Busuk, hindari menggunakan bunga yang sudah coklat, karena akan menyebabkan bau bunga kurang enak[5]. Selain itu menyebabkan komponen kimia yang diinginkan teroksidasi.

Setelah bunga melati dipanen dari kebun, maka proses selanjutnya adalah membawanya ke workshop[6]. Untuk 100 Kg bunga melati dibutuhkan 3 orang pekerja dengan waktu maksimal pengerjaan 2 jam saja. Jika lebih dari 2 jam pengerjaan belum selesai pemisahan kuntum bunga,maka sisa bunga tidak di ikutkan dalam proses.

Kuntum bunga yang telah dipisahkan dimasukkan kedalam ekstraktor, kemudian ditambahkan pelarut dengan perbandingan 1 : 1,5 (untuk posisi tidur) dan 1 : 4 (untuk posisi berdiri).

Proses ekstraksi memakan waktu kurang lebih 2 – 5 jam, tergantung dari kecepatan rotasi ekstraktor dan kondisi bunga dalam ekstraktor, jika sudah mulai coklat lebih baik proses ekstraksi dihentikan.

Setelah proses ekstraksi selesai maka pelarut disaring dari ampas bunga, selain itu juga sisa pelarut yang masih menempel dibunga kita pres sehingga kita kehilangan pelarut lebih minimal.

Larutan hasil ekstraksi dimasukkan kedalam evaporator untuk dijadikan concrete, dengan waktu penguapan selama 2 jam, suhu 30 – 40oC, tekanan 200 mmHg[7]. Hasil dari concrete berupa lapisan lilin bunga, minyak atsiri, pigmen bunga dan beberapa komponen bunga yang larut saat proses ekstraksi. Bentuk hasil evaporasi yang pertama ini berbentuk seperti lilin padat, namun jika proses evaporasi kurang sempurna maka lilin agak lembek.

Proses selanjutnya adalah menjadikan concrete menjadi absolute. Prosesnya adalah melumat concrete dengan lumpang keramik, setelah itu dicampur dengan Et-OH p.a. 100%. Diaduk hingga menjadi seperti bubur, komposisi antara concrete dengan pelarut adalah 1 : 8 sampai dengan 1 : 10, larutan diaduk terus, setelah itu diendapkan dan dimasukkan kedalam freezer, fungsinya adalah untuk mengendapkan lilin.

Setelah itu pisahkan larutan yang jernih diatas dari lilin yang mengendap dibawah, setelah itu hasil larutan yang jernih tadi dipekatkan dengan evaporator kembali dengan tujuan memisahkan alkohol dari minyak dengan suhu 40oC, P : 200 mmHg.

Hasil yang didapatkan berupa absolute jasmine, pekat, agak kental dan memiliki bau harum. Hasil absolute ini meliki nilai jual yang tinggi dipasaran dibandingan minyak atsiri dengan proses distilasi.

Berikut ini bagan alur proses ekstraksi :

Gambar 5. Bagan alur proses ekstraksi menguap bunga melati

Gambar 6. Absolute bunga melati

Enfleurasi

Proses ini merupakan penyulingan minyak bunga alamiah paling kuno, dimana digunakan lemak hewan sebagai penjerab minyak. Lemak memiliki daya absorpsi yang tinggi sehingga jika dicampur dengan bunga melati, lemak akan mengabsorpsi minyak yang dihasilkan oleh bunga melati. Selain itu pemprosesan minyak atsiri dengan lemak akan menghasilkan rendemen yang lebih banyak daripada dengan proses ekstraksi menguap.

Gambar 7. Proses Enfleurasi

Proses enfleurasi sampai saat ini masih digunakan dalam industri minyak atsiri di daerah Perancis dan India. Minyak atsiri yang dihasilkan dari proses enfleurasi sangat mendekati minyak bunga alamiah dan paling baik dibandingkan proses ekstraksi pelarut menguap. Walaupun telah ditemukan proses ekstraksi yang lain, namun proses enfleurasi masih memegang peranan penting dan berjalan terus hingga saat ini dan terus disempurnakan prosesnya.

Alat Enfleurasi

Peralatan yang digunakan adalah chasis yang terbuat dari kaca, chasis kaca disusun bertingkat. Diusahakan terbebas dari sinar matahari dan udara bebas. Karena jika terganggu dua hal diatas dapat menyebabkan kerusakan lemak dan terganggunya proses yang pada akhirnya gagal produksi.

Gambar 8. Alat Enfleurasi[8]

Selain chasis seperti yang digunakan penulis, umumnya didaerah Perancis menggunakan chasis dari kayu mirip seperti alat sablon namun kain screennya diganti dengan kaca.

Preparasi Lemak

Keberhasilan dari proses enfleruasi terletak pada proses persiapan lemak sebagai alat absorpsi. Lemak yang digunakan untuk proses enfleurasi  harus memenuhi syarat – syarat berikut :

  1. Lemak yang digunakan harus benar – benar bersih dari kontaminan.
  2. Tidak berbau dan bebas air.
  3. Tidak terlalu lunak dan tidak terlalu keras.

Ada beberapa jenis lemak yang digunakan untuk proses enfleurasi ini, yakni, lemak sapi, lemak domba, lemak babi, dan lemak hewani lainnya. Selain menggunakan lemak, enfleurasi juga bisa dicampur dengan beberapa minyak nabati seperti minyak kedelai, minyak canola, dan minyak kacang – kacangan. Bahkan penelitian[9] terakhir dapat menggunakan mentega putih sebagai penjerap pengganti lemak hewan.

Pada beberapa literatur ada yang menyebutkan campuran lemak sapi dan lemak babi dengan perbandingan 1 : 2 sangat baik untuk proses enfleurasi. Namun di Indonesia kita terkendala dengan status halal dan haram dimana sebagian besar warga negara Indonesia adalah muslim. Untuk itu perlu dikembangkan suatu campuran baru untuk menggantikan[10] lemak babi dalam proses enfleurasi.

Lemak[11] yang diperoleh dari pasar kita bersihkan dari kotoran, seperti darah, kulit dan rambut yang masih tertinggal. Tangaskan diatas air yang dipanaskan sembari diberi air jeruk untuk mempertahankan kerapatan lemak, selain air jeruk, menurut literatur juga dapat menggunakan air mawar dan air kemenyan. Namun pemberian air jeruk akan berpengaruh terhadap bau produk akhir. Setelah dipisahkan dari kotoran dan ditangaskan maka lemak didinginkan dan siap untuk dipakai.

Lemak yang siap dipakai tadi dibentuk seperti bubur, setelah itu kemudian ditaruh diatas plat kaca, dengan susunan dalam plat kaca tersebut dibuat bolak – balik depan belakang.

Gambar 9. Lemak disusun diatas plat kaca, susunanya bolak – balik[12]

Susunan lemak pada plat kaca sengaja disusun demikian dengan fungsi saat disusun nantinya, lemak bagian atas kaca untuk menaruh bunga yang akan diserap minyaknya, bagian bawahnya berguna untuk menyerap minyak bunga yang menguap dari chasis dibawahnya. Setelah disusun seperti diatas, maka bunga siap ditaburkan.

Enfleurasi dan Defleurasi

Setelah dilakukan pemetikan bunga segar, lalu dibersihkan dari kotoran berupa daun dan tangkai. Bunga yang bersih tersebut lalu ditebarkan diatas plat yang sudah dibubuhi lemak. Bunga yang basah karena embun jangan dipakai karena akan mengakibatkan oksidasi pada lemak yang nantinya mengakibatkan lemak menjadi tengik.

Bunga diganti setiap 24 jam sekali, karena setelah 24 jam biasanya bunga sudah layu dan berwarna coklat, sehingga harus diganti dengan bunga baru. Pada proses ini (defleurage) pemisahan harus dilakukan dengan hati – hati agar, lemak yang ada pada kaca tidak ikut terambil yang mengakibatkan berkurangnya konsentrasi lemak dan minyak atsiri yang akan diproses.

Proses diatas diulang hingga lemak yang ada dalam chasis jenuh, dengan indikasi lemak menjadi agak keras dibanding dengan awal proses. Waktu penjenuhan bervariasi tergantung dari jenis bunga yang diproses. Untuk melati kisaran waktu 30 hari sampai 36 hari adalah waktu yang paling optimal dari beberapa penelitian penulis.

Lemak dipisahkan dari plat kaca dengan menggunakan scraft untuk adonan roti atau kave untuk bangunan. Setelah itu ditaruh pada wadah tertentu, hasil lemak jenuh ini dinamakan dengan pomade. Setelah itu diekstraksi dengan Et-OH 100% p.a. dan diaduk hingga homogen dengan menggunakan stirer bar. Setelah diaduk 1 – 2 hari larutan (biasa disebut extrait) di masukan ke dalam freezer dengan suhu – 15oC – -10 oC. Fungsi dari penurunan suhu adalah untuk mengendapkan lemak sehingga terpisah dari extrait alkohol yang mengandung  minyak atsiri bunga melati.

Setelah didapat campuran antara Et-OH dengan minyak atsiri, maka larutan tersebut di evaporasi dengan suhu 30 – 40 derajat C, dengan tekanan 200 mmHg, yang akhirnya akan didapatkan minyak melati hasil enfleurasi.

Sifat Fisik dan Kandungan Minyak Melati

Dari hasil laboratorium minyak atsiri Universitas Islam Indonesia, penulis mendapatkan data – data sifat fisik minyak melati sebagai berikut :

Kandungan kimia utama minyak melati antara lain :

Masih terdapat 26 komponen lagi yang terkandung dalam minyak melati jenis sambac.

Kesimpulan

Pengembangan minyak atsiri dengan sumber melati sangat potensial dikembangkan di Indonesia, karena banyak faktor yang sangat mendukung bagi industri sektor minyak atsiri bunga melati. Selain lahan yang masih luas tekhnologi yang digunakanpun tidak terlalu rumit.

Daftar Pustaka

De Silva Tuley, K., 1995, A Manual On The Essential Oil Industry, PRESENTATIONS MADE BY THE RESOURCE PERSONS AT THE THIRD UNIDO WORKSHOP

ON ESSENTIAL OIL AND AROMA CHEMICAL INDUSTRIES HELD AT THE ANADOLU UNIVERSITY MEDICINAL AND AROMATIC PLANT AND DRUG RESEARCH CENTRE IN ESKISEHIR, TURKEY

Guenther E, Ketaren S, 2006, Minyak Atsiri Jilid 1, UI-Press, Jakarta.

Handa Sukdev Swami, 2008, Extraction Technology For Medical And Aromatic Plant, INTERNATIONAL CENTRE FOR SCIENCE AND HIGH TECHNOLOGY, Trieste – Italy.

Sastrohamidjojo, 2004, Kimia Minyak Atsiri, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.


[1] Namun ada kalanya kita juga menggunakan pelarut yang telah ditentukan oleh pemesan

[2] Saat ini sudah jarang digunakan karena sifatnya yang mudah terbakar, walaupun menurut beberapa data memang pelarut yang paling baik.

[3] Gambar tipe Garnier dapat dilihat di buku Ernest Guenther dengan judul Minyak Atsiri Jilid I pada halaman 253, gambar 3.25.

[4]Saran penulis : Sebaiknya yang dipanen sore hari, sehingga malam langsung dapat kita proses. Karena biasanya melati yang dipanen pada pagi hari masih mengandung air embun adapun sudah tidak ada air embun panen dilakukan sudah terlalu siang sehingga kadar minyak atsiri dalam bunga berkurang.

[5] Tips Penulis : sebelum diproses dapat diberikan anti oksidan, namun kelemahannya saat di analisis dengan GCMS maka akan nampak struktur antioksidan terikut dalam absolute.

[6] Syarat workshop yang baik adalah dekat dengan sumber bahan baku, jika tidak pengiriman bahan baku harus di tangani sebaik mungkin.

[7] Suhu dan tekanan hanya berlaku untuk larutan n- Hexana, bila menggunakan pelarut lain bisa disesuaikan dengan melihat konversi titik didih dengan tekanan di berbagai buku kimia (kimia kinetik, umum, analitik).

[8] Terbuat dari bahan kaca jenis ribben (gelap) disusun bertingkat. Dilar kaca dilapisi karton.

[9] Penelitian Skripsi Pandu Ari Darmawan Univ. Islam Indonesia dengan bunga sedap malam.

[10] Bisa digunakan campuran sapi dan domba, sapi dan minyak nabati (kedelai, kanola, dll), dan juga bisa digunakan full margarine putih.

[11] Tips dari penulis : diusahakan menggunakan lemak yang melekat pada tulang “ Beef Bone Fat”

[12] Kedua sisi kaca diberi lapisan lemak.

pelepasan obat

Suatu sistem pengiriman obat yang dapat melacak obat – obatan secara kebetulan telah dikembangkan oleh para ilmuwan di Israel.

Sistem pengiriman obat mengirimkan medifikasi pada bagian khusus di tubuh dan mengendalikan tingkatan yang mereka lepaskan. Mereka mengatasi permasalahan umum yang berkaitan dengan perawatan obat – obatan tradisional seperti rendahnya daya larut atau efek samping yang tidak diinginkan.

Dengan hanya memahami bagaimana obat tersebut dilepaskan dari alat pengiriman sangatlah krusial dalam mendapatkan hasil yang bagus. ‘Bagaimanapun juga, sampai saat ini, proses ini hanya dapat dipelajari secara tidak langsung didalam organisme mahkluk hidup,’ kata Doron Shabat dari Universitas Tel-Aviv, Israel. ‘Karena perilaku sistem pengiriman obat sangatlah meluas, tergantung pada lingkungan di sekitar mereka, ini sangatlah penting untuk memelajari mereka pada lingkungan fungsional mereka yang sebenarnya,’ tambahnya.

Fluorescence dihidupkan sesaat obat tersebut meninggalkan alat pengiriman

Shabat dan koleganya mendesain pelaporan sistem pengiriman obat yang mengijinkan visualisasi dengan waktu yang sebenarnya dari proses pelepasan obat pada perlakuan non-serbuan dan mendemonstrasikan penggunaan in vitro. ‘Sebagai hasilnya, proses pelepasan obat tersebut dapat dicitrakan, untuk pertama kalinya, dengan waktu sebenarnya, didalam organisme mahkluk hidup,’ kata Shabat.

Sistem Shabat menghasilkan suatu sinyal fluorescent yang menggambarkan status molekul obat tersebut. Sementara molekul obat dikoneksikan pada alat pengiriman, sinyal fluorescent mati. Pada saat pelepasannya sinyal fluorescent hidup dan secepatnya dapat dideteksi dan dicitrakan.

Rui Moreira, seorang ahli sistem pengiriman obat (prodrugs) pada Universitas Lisbon, Portugal menyambut pekerjaan ini. ‘Aktifitasi pengawasan prodrug pada waktu sebenarnya memudahkan wawasan yang jauh lebih dekat pada kinetik di sistem keseluruhan sel tersebut. Dengan mengumpulkan aktifitas dan aktifisasi data pada serangkaian penelitian tunggal akan mempercepat desain prodrug yang lebih efektif,’ katanya.

Shabat mengatakan tugas selanjutnya akan berguna sebagai penghubung yang mana fluoresce pada panjang gelombang yang lebih lama untuk memonitor pelepasan obat in vivo.

Sarah Corcoran

Ayam Kampung

Produktivitas ayam buras yang optimum dapat dicapai pada kondisi thermoneutral zone, yaitu suhu
lingkungan yang nyaman. Suhu lingkungan yang nyaman bagi ayam buras belum diketahui, namun
diperkirakan berada pada kisaran suhu 18 hingga 25 °C. Ayam buras pada suhu lingkungan yang tinggi (25-
31 °C) menunjukkan penurunan produktivitas, yaitu produksi dan berat telur yang rendah, serta
pertumbuhan yang lambat. Demikian Gunalvan dan D.T.H. Sihombing dalam Wartazoa. Penurunan
produksi telur pada suhu lingkungan tinggi dapat mencapai 25% bila dibandingkan dengan yang dipelihara
pada suhu nyaman . Berat badan ayam buras umur 8 minggu juga berbeda, yaitu 257 g/ekor pada suhu
tinggi, sedangkan pada lingkungan nyaman dapat mencapai berat 427 g/ekor.
Penurunan produktivitas tersebut terutama disebabkan oleh penurunan jumlah konsumsi pakan, maupun
perubahan kondisi fisiologis ayam. Upaya meningkatkan produktivitas ayam buras di daerah suhu
lingkungan tinggi antara lain melalui seleksi dan perkawinan silang, manipulasi lingkungan mikro, perbaikan
tatalaksana pemeliharaan dan manipulasi pakan. Manipulasi kualitas pakan adalah metode yang paling
murah, mudah dilakukan dan umumnya bertujuan meningkatkan jumlah konsumsi zat gizi . Metode ini
berupa penambahan vitamin C, mineral phosphor atau pemberian sodium bikarbonat dalam ransum.
“Disarankan jumlah penambahan vitamin C sebanyak 200-600 mg/kg ransum pada fase produksi telur dan
sebanyak 100-200 mg/kg ransum pada fase pertumbuhan,” Gunalvan dan D.T.H. Sihombing menguatkan
bahwa produksi telur ayam kampung pun sangat berpotensi memenuhi kebutuhan telur, apalagi dengan
kelebihan telur ayam kampung dibanding telur ayam ras. Narasumber Infovet yang lain menyatakan, telur
ayam memang merupakan jenis makanan bergizi yang sangat populer dikalangan masyarakat yang
bermanfaat sebagai sumber protein hewani. Hampir semua jenis lapisan masyarakat dapat mengkonsumsi
jenis makanan ini sebagai sumber protein hewani. Hal ini disebabkan telur merupakan salah satu bentuk
makanan yang mudah diperoleh dan mudah pula cara pengolahannya.
Kata narasumber itu, telur menjadi jenis bahan makanan yang selalu dibutuhkan dan dikonsumsi secara
luas oleh masyarakat. Pada gilirannya kebutuhan telur juga akan terus meningkat. Telur dihasilkan oleh
jenis hewan unggas antara lain ayam, bebek, angsa, dan jenis unggas lainnya. Ayam merupakan jenis
unggas yang paling populer dan paling banyak dikenal orang. Selain itu ayam juga termasuk hewan yang
mudah diternakkan dengan modal yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan hewan besar lainnya seperti
sapi, kerbau dan kambing. Produk ayam (telur dan daging) dan limbahnya diperlukan manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Telur dan daging ayam yang diperlukan oleh ratusan juta manusia di dunia ini
mengakibatkan tumbuhnya peternakan ayam skala kecil, menengah dan industri ayam modern hampir
diseluruh dunia berkembang pesat.
Di samping semakin pentingnya peranan telur ayam ras dalam struktur konsumsi telur, telur ayam ras
memiliki sifat permintaan yang income estic demand, bila pendapatan meningkat, maka konsumsi telur juga
meningkat. Di masa yang akan datang, pendapatan per kapita per tahun akan meningkat terutama pada
negara-negara yang saat ini negara yang berkembang dan sedang berkembang.
Dengan demikian konsumsi telur juga diperkirakan akan meningkat. Dengan memanfaatkan data proyeksi
penduduk tiap tahun dan proyeksi konsumsi telur per kapita pada tahun yang sama, maka diperkirakan
konsumsi telur pada tahun tersebut mencapai harapan. Sementara itu, bila dilihat kecenderungan produksi
telur ayam ras yang meningkat sebesar per tahun maka peluang pasar telur ayam pada tahun berikutnya
akan terus meningkat. Peluang pasar ini diisi oleh telur ayam buras dan telur itik yang pangsanya masingmasing
15% dan selebihnya merupakan peluang pasar telur ayam ras. Peluang pasar ini belum termasuk
pasar ekspor, baik dalam bentuk telur segar maupun powder. Tentu saja jangan lupakan ayam kampung di
sini.
Akhirnya narasumber Infovet menyatakan, secara ekonomi pengembangan pengusahaan ternak ayam ras
petelur di Indonesia memiliki prospek bisnis menguntungkan, karena permintaan selalu bertambah. Hal
tersebut dapat berlangsung bila kondisi perekonomian berjalan normal. Lain halnya bila secara makro
terjadi perubahan-perubahan secara ekonomi yang membuat berubahnya pasar yang pada gilirannya akan
mempengaruhi permodalan, produksi dan pemasaran hasil ternak. Di sini sekali lagi, jangan hanya ayam
ras, ingatlah ayam kampung. Dengan kepedulian dan pengembangan teknologi seperti diungkap di awal
tulisan ini maka niscaya semua bukan hanya sebatas mimpi.

pupuk organik

Hampir semua tempat di kota-kota besar di Indanesia bermasalah dengan sampah. Setidaknya kita mudah menjumpai sampah sayuran, botol-botol plastic, hingga limbah yang mengambang di aliran sungai atau terserak di pinggiran jalan. Namun, sebagian warga kota yang melihat hal itu nyatanya hanya bisa bersikap acuh. Akibatnya, sampah tersebut berdampak buruk bagi masyarakat itu sendiri.

Banyaknya sampah yang terus bertambah tentu saja mebuat tempat pembuangan akhir  (TPA) cepat penuh. Dengan demikian, pemerintah kota setempat pun harus mencari lokasi lain untuk pembuangan sampah dan pasti menimbulkan kontrdiksi dari warga sekitar yang tinggal di lokasi terpilih. Umumnya, warga tidak bersedia daerahnya dijadikan tempat pembuangan sampah.

Walaupun upaya penangggulanan sampah secara desentralisasi memng sudah banyak dilakukan, bagi mereka yang menetap di permukiman sempit, upaya-upaya tersebut tetap saja sulit dilakukan. Akhirnya, warga hanya pasrah setiap harinya mencium aroma tidak sedap yang berasal dari sampah dan kerumunanlalat-lalat hijau yang membawa bibit penyakit.

Salah satu tekhnik khusus yang bisa diterapkan untuk membantu penanggulangan sampah, terutama sampah organic, yaitu dengan menggunakan komposter. Model pengomposan ini diharapkan mampu menjadi alternative pengolahan sampah untuk warga masyarakat yang tinggal di lingkungan permukiman sempit, terutama di kota-kota besar.

Pengomposan dengan menggunakan komposter ini besa dilakukan di dalam ruangan atau di luar ruangan rumah. Dengan ramuan bioaktivator, aroma sampah pun bisa hilang seketika. Selain itu, air lindi yang dihasilkan juga bisa digunakan sebagai pupuk kompos cair yang bermanffat bagi tanama, baik untuk tanaman hias, sayuran, maupun tanaman buah.

Effective Microorganism (EM)

Banyak ahli yang berpendapat bahwa EM bukan digolongkan dalam pupuk. EM merupakan bahan yangmembantu mempercepat proses pembuetan pupuk organic dan meningkatkan kualitasnya. Selain itu, EM juga bermanfaat memperbaiki struktur dan tekstur tanah menjadi lebih baik, serta menyuplai unsure hara yang dibutuhkan tanaman. Dengan demikian, penggunaan EM akan membuat tanaman menjadi lebih subur, sehat, dan relative tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Berikut ini beberapa manfaat EM bagi tanaman dan tanah.

  1. Menghambat pertumbuhan hama dan penyakit tanaman dalam tanah.
  2. Membantu meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman.
  3. Membantu proses peyerapan dan penyaluran unsure hara dari akar ke daun.
  4. Meningkatkan kualitas bahan organic sebagai pupuk.
  5. Meningkatkan kualitas pertumbuhan vegetative dan generative tanaman.

Mikroorganisme yang terdapat di dalamnya secara genetika bersifat asli bukan rekayasa. Umumnya, EM dapat dibuat sendiri dengan menggunakan bahan-bahan yang mudah didapat.

Ada pun cara pembuatan EM sebagai berikut.

  1. Bahan-nahan

–          Susu sapi atau susu kambing murni sebanyak 2 (dua)  liter.

–          Usus (ayam/kambing) secukupnya.

–          Terasi ½ kg (terbuat dari kepala atau kulit udang, kepala ikan).

–          1 kg gula pasir (perasan tebu).

–          1 kg bekatul.

–          Satu buah nanas.

–          10 liter air bersih.

  1. Alalt-alat yang Diperlukan

–          Panci.

–          Kompor.

–          Blender atau parutan untuk menghaluskan nanas.

  1. Cara  Pembuatan

–          Menghaluskan nanas dengan blender.

Setelah itu, campukan terasi, bekatul, gula pasir, dan air bersih di dalam panci. Masak hingga mendidih, lalu hasil adonanya didingnkan.

–          Tambahkan susu dan usus ayam, kambing, atau sapi, aduk hingga tercampur rata.

–          Tutuplah rapat-rapat adonan tersebut selama 12 jam atau satu hari.

–          Jika sudah jadi, adonan menjadi kental atau lengket. Perlu diperhatikan susu yang digunakan jangan susu yang telah basi karena kemampuan bakteri di dalamnya sudah berkurang. Sementara itu, kegunaan nanas adalah untuk menghilangkan bau dari hasil proses bakteri.

–          Pembuatan EM dianggap berhasil jika muncul gelembung-gelembung di permukaan bahan.

Membuat Pupuk Kompos  Cair  dari Limbah Rumah Tangga

  1. Peralatan yang Dibutuhkan

Untuk membuat pupuk cair dibutuhkan alat atau wadah yang sering disebut dengan komposter. Biasanya terbuat dari tong sampah plastic atau kotak semen yang dimodifikasi dan diletakkan di dalam ataupun di luar ruangan. Komposter dengan bantuan activator kompos mampu mengubah sampah sisa rumah tangga menjadi kompos hanya dalam waktu 10-12 hari. Khusus untuk pembuatan pupuk  cair dari limbah organic rumah tangga ini perlu digunakan bioaktivator atau boisca. Fungsi boisca memang sama dengan activator lainnya, tetepi lebih praktis dalam aplikasinya. (Boisca merupakan salah satu bioaktivator yang bisa digunakan untuk mempercepat proses pengomposan).

Dengan instalasi udara di dalamnya, komposter membantu proses pengomposan aerob dengan baik dan mempercepat proses penguraiansampah. Selain itu, komposter juga mampu menjaga kelembaban dan temperatur, sehingga bakteri dan jasad renik dapat bekerja mengurai bahan organic secara optimal. Komposter juga memungkinkan aliran lindi (air sampah) terpisah dari material padat dan akan menguntungkan bagi pembuatan pupuk cair.

Berikut ini langkah-langkah membuat komposter untuk skala rumah tangga.

  1. Alat dan Bahan
    1. Tong pastik bekas ukuran 20 liter, 1 buah
    2. Pipa paralon ukuran panjang 13 cm, diameter 1 inch, 2 buah
    3. Pipa paralon ukuran panjang 10 cm, diameter  1 inch, 1 buah
    4. Pipa paralon ukuran panjang  9 cm berdiameter 1 inch, 1 buah
    5. Sambungan pipa berbentuk  T , 2 buah
    6. Sambungan pipa berbentuk L, 1 buah
    7. Kran plastic, 1 buah
    8. Alat bor
    9. Meteran

10. Kasa plastic

  1. Cara Membuat
    1. Buat dua lubang udara di sisi kanan dan kiri tong dengan menggunakan bor. Diameter lubang harus sama dengan diameter pipa paralon.
    2. Buat lubang lagi di sisi lain tong, posisi lubang ketiga ini harus lebih rendah daripadalubang sebelumnya  atau sekitar 10 cm dari dasr tong.
    3. Setelah itu, buat lubang-lubang kecil di badan pipa paralon 10 cm. lalu bungkus badan pipa yang berlubang tersebut dengan kasa plastic hingga tertutup rapi.
    4. Selanjutnya instalasi udara untuk komposter dapat dirangkai, dimulai dari memasang kedua pipa paralon 13 cm, masing-masing pada lubang kanan dan kiri. Kedua pipa dimasukkan dari arah dalam ke luar. Pipa didorong dari dalam hingga keluar sekitar 3 cm dari lubang dan sisanya sekitar 10 cm berada didalam tong.
    5. Kedua ujung pipa yang mencuat keluar 3 cm tersebut kemudian dituutp dengan kasa plastic. Potong kasa plastic berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 1 cm lebih panjang dari diameter pipa.. beri lem PVC di sekitar ujung pipa, lalu tempelkan kasa, atur hingga tertutup rapi.
    6. Selanjutnya kedua pipa 13 cm tadi disambung dengan sambungan pipa berbentuk T.
    7. Dari kaki sambungan T tersebut dirangkaikan dengan pipa paralon 10 cm.
    8. Kemudian pasang sambungan pipa L pada bagian ujung bawah pipa paralon 10 cm. sambungan pipa L dipasang dengan arah kakinya mengarah ke lubang yang akan dipasangi kran (lubang ketiga)
    9. Pasng kran plastic pada lubang ketiga tersebut.

10. Terakhir, masukkan pipa paralon 9 cm untuk menyambungkan antara lubang kran plastic dengan pipa L.

Catatan :

“ Komposter ini memang dirancang dengan bentuk yang prktis untuk diletakkan di dalam ruangan. Namun, bau yang tidak sedap dari gas metan yang dihasilkan selama proses pembusukan bisa mengganggu kenyamanan lingkungan di dalam ruangan atau rumah. Oleh karena itu, sebaiknya dari kedua lubang udara komposter disambungkan lagi dengan pipa paralon yang dipasang kea rah luar ruangan, sehingga bau tersebut bisa langsung dilepas ke udara bebas. ”

  1. Teknik Pembuatannya

Pada dasrnya, sampah tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat, tetapi bisa juga dibuat sebagai pupuk cair. Pupuk cair mempunyai banyak manfaat. Selain berfungsi sebagai pupuk , pupuk cair juga bisa menjadi activator untuk membuat kompos.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, alat yang dibutuhkan untuk membuat pupuk cair adalah komposter. Komposter ini bertujuan untuk mengolah semua jenis limbah organic rumah tangga menjadi bermanfaat. Jadi, semua sampah yang tergolong organic bisa diolah oleh komposter ini.

Ukuran komposter dapat disesuaiakan dengan skala limbah. Untuk skala limbah keluarga kecil dapat menggunakan komposter berukuran 20-60 liter. Sementara itu, untuk skala besar seperti limbah rumah makan atau rumah sakit bisa menggunakan komposter yang berukuran 60 liter lebih. Komposter berfungsi dalam mengalirkan udara (aerasi), memelihara kelembaban, serta temperetur, sehingga bakteri dan jasad renik dapat mengurai bahan organic secara optimal. Di samping itu, komposter memungkinkan aliran lindi terpisah dari material padat dan membentuknya menjadi pupuk cair.

Berikut ini langkah-langkah pengomposan dengan menggunakan komposter:

  1. Pilih sampah organic seperti sisa makanan, sisa sayuran, kulit buah, sisa ikan, dan daging agar terpisah dari sampah.  Sampah berupa plastic, kardus bekas minyak, oli, beling, dan air sabun harus di pisahkan agar prosesnya berjalan dengan cepat.
  2. Sampah yang berukuran besar seperti  batang tanaman, sayur, atau kulit buah yang keras sebaiknya dirajang terlebih dahulu agar pembusukannya sempurna. Selain itu, volume sampah yang tertampung juga semakin banyak.
  3. Siapkan cairan bioaktivator boisca. Bioaktivator ini berfungsi  untuk membantu mempercepat proses pembusukan. Tata cara penggunaanya sebagai berikut :

–          Siapkan sprayer ukuran 1 liter.

–          Isi sprayer dengan air. Sebaiknya gunakan air sumur, karena tidak mengandung kaporit. Namun, jika ingin memakai air PAM, air tersebut harus diendapkan terlebih dahulu selama satu malam. Tujuanya agar kaporitnya menguap. Pasalnya, kaporit di dalam air bisa mematikan mikroba yang ada di dalam boisca.

–          Tambahkan boisca ke dalam sprayer dengan perbandingan 1 liter air ditambah dengan 1-2 tutup botol boisca.

–          Kocok – kocok sampai merata. Setelah itu, cairan siap digunakan.

  1. Setelah sampahnya terkumpul dan di rajang, masukkan seluruhnya ke dalam komposter, lalu semprotkan boisca hingga merata ke seluruh sampah dan tutup rapat komposter.
  2. Pada awal pemakaian, komposter baru bisa menghasilkan lindi atau kompos cair setelah dua minggu. Selanjutnya, pemanenan lindi dapat dilakukan setiap 1-2 hari sekali.

Tips Pengomposan

Selain nerguna sebagai bioaktivator, boisca juga berfungsi untuk mengurangi bau busuk yang dikeluarkan selama proses pengomposan. Oleh karena itu, harus dipastikan bahwa sampah yang dimasukkan ke dalam komposter sudah tercampur merata dengan boisca. Namun, kadang-kadang sampah yang kita masukkan sudah terisi oleh telur lalat. Jadi, ketika dimasukkan ke dalam komposter telur-telur tersebut akan menetas menjadi belatung. Karena itu, untuk mencegah keluarnya belatung dari dalam komposter selama proses pembusukkan, olesi sabun colek di pinggiran atas komposter bagian dalam.

Pada awal pemakaian komposter, lindi baru bisa dipanen setelah dua minggu. Namun, sebenarnya proses pengomposan bisa dipercepat dengan menabahkan campuran air beras, gula merah, dan boisca ke dalam sampah. Ramuan tersebut bisa membantu pemanenan seminggu lebih cepat.

Pengambilan lindi (kompos cair) sebaiknya hanya sebatas kran. Sementara itu, lindi yang tertampung di bawah kran ke bawah tidak diambil karena banyak mengandung mikroba yang sangat membantu pembusukan sampah. Jika pengomposan awal sudah dilakukan, selanjutnya sampah bisa dimasukkan setiap hari. Namun yang terpenting adalah setiap memasukkan sampah baru harus dipastikan bioaktivatornya sudah tercampur merata.

  1. Aplikasi Pupuk Cair

Lindi yang baru dipanen sebaiknya jangan langsung digunakan. Tambahkan boisca sebanyak 1 tutup botol boisca untuk 1-2 liter lindi lalu diamkan selama 2-3 hari agar bakteri yang berada di dalamnya bisa berkembang dengan cepat. Setelah itu, lindi baru bisa diberikan ke tanaman. Lindi yang sudah ditambahkan boisca dapt disimpan 1-2 bulan.

Berikut ini cara pengaplikasian lindi ke tanaman.

  1. Campurkan lindi dengan air.

Perbandinganya adalah 1 : 5, yakni satu tutup botol lindi dengan lima botol air. Sebaiknya, ukuran botol air disamakan dengan ukuran botol penampung lindi. Jadi, jika lindi ditampung dalam botol berukuran 1500 ml, air pun ditakar dengan menggunakan botol berukuran 1500 ml.

  1. Larutan tadi kemudian disiramkan pada tanaman, baik sayuran, tanaman buah, dan tanaman hias. Pemupukan dapat dilakukan seminggu sekali.
  2. Larutan juga dapat disimpan apabila dalam satu kali pemakaian masih tersisa. Namun, dari pengalaman penulis, larutan pupuk cair ini biasanya habis terpakai dalam stu kalipemakaian.
  3. Campuran 10 liter lindi : 50 liter air cukup untuk satu kali pemakaian pada demplot sayuran ukuran 10 x 10 meter.

acfta

Each of the ten ASEAN Member States agrees to recognise China as a full
market economy and shall not apply, from the date of the signature of this
Agreement, Sections 15 and 16 of the Protocol of Accession of the People’s
Republic of China to the WTO and Paragraph 242 of the Report of the
Working Party on the Accession of China to WTO in relation to the trade
between China and each of the ten ASEAN Member States.

new word

if you see in the night can have

Hello world!

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!